Thursday, January 28, 2016

Jeddah: A Big City On The Edge Of The Red Sea

Jeddah dari jendela kamar hotel

Jeddah adalah kota terakhir yang kami kunjungi selama perjalanan umrah kemarin. Kota terbesar kedua di Arab Saudi ini merupakan pintu utama kedatangan dan keberangkatan bagi para jemaah yang hendak melakukan umrah atau haji dari seluruh dunia. Kami sendiri hanya semalam saja berada di kota tersebut, sebelum kemudian menuju ke bandara untuk kembali ke tanah air.

It's just like another big city. Itulah perasaan yang saya rasakan begitu bus kami mulai memasuki Jeddah setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Mekkah. Bangunan-bangunan tinggi, gerai-gerai butik ternama, galeri-galeri mobil mewah, restoran cepat saji, cerobong pabrik yang mengeluarkan asap hitam pekat, hingga kemacetan yang terjadi pada jam-jam sibuk, seakan membenarkan kalau kami memang tengah berada di sebuah kota besar.

Berbeda dengan Mekkah dan Madinah, Jeddah lebih terasa bebas dan terbuka. Saya melihat banyak wanita yang keluar tanpa harus bersama muhrim, meski kebanyakan memang tetap bergerombol bersama teman wanita lainnya. Pula halnya dengan urusan berpakaian, para pria banyak yang memakai atasan lengan pendek, celana jeans, hingga celana pendek. Sementara yang wanita tetap memakai abaya, namun boleh tak memakai penutup kepala.

Hal ini terlihat jelas terutama di kalangan para pendatang. Secara mengejutkan, wajah khas ala Filipino adalah kalangan pendatang yang paling jamak saya jumpai di Jeddah. Mereka inilah yang dandanannya paling modis dan terlihat memenuhi beberapa pusat perbelanjaan.

***

Selama berada di Jeddah, kami sempat melakukan kunjungan singkat ke beberapa destinasi wisata yang ada disana. Salah satu destinasi wisata populer adalah Kawasan Jeddah Corniche - suatu kawasan wisata yang membentang sepanjang garis pantai.

Wilayah Jeddah memang berhadapan langsung dengan Laut Merah, dan di Jeddah Corniche para wisatawan akan dibuai oleh area pantai dengan konsep family oriented, selain beberapa pusat perbelanjaan dan bangunan ikonik lainnya.

Kami sendiri berhenti di area yang dekat dengan Al Rahma Mosque atau kalau sebutan paling terkenal di kalangan jemaah dari Indonesia adalah Masjid Terapung Laut Merah. Kami tiba ketika matahari mulai memasuki fase-fase istirahatnya setelah seharian bersinar terik menerangi dunia.

Al Rahma Mosque 


Masjid yang dulunya bernama Fatima Mosque ini bisa dikatakan cukup mungil bila dibandingkan dengan masjid-masjid lain yang sempat kami kunjungi di Mekkah atau Madinah. Keunikan masjid tersebut terletak dari lokasi berdirinya yang berada di atas Laut Merah sehingga akan terlihat mengapung manakala dilihat sekilas.

Sejujurnya, susah sekali untuk mendapatkan efek
mengapung gara-gara area di sekitar masjid selalu
dipenuhi oleh pengunjung. So here it is, Masjid Al Rahma
yang tak mengapung sama sekali.


Ada area kecil di sekeliling masjid yang bisa digunakan pengunjung untuk menikmati pesona dari laut yang terkenal akan cerita pembelahannya di jaman Nabi Musa AS itu. Saya sendiri sih, sebagai orang Indonesia, tak begitu terpesona akan Laut Merah. Kondisinya 11-12 dengan Laut Jawa kalau dilihat dari sepanjang Garis Pantura.

Semacam deck area yang bisa dipakai untuk menikmati
panorama Laut Merah.


Senja di atas Laut Merah

Senja lagi

Berbeda sekali dengan penduduk Jeddah yang sepertinya begitu mengidolakan kawasan pantai ini. Sore itu saja, sepanjang area pantai terlihat dipenuhi oleh penduduk asli yang tengah asyik melakukan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang sibuk bermain air, menerbangkan layang-layang, menikmati makanan yang dibawa dari rumah, bergosip ria, dan lain sebagainya.

Percayalah, area pantai yang berpasir ya cuma seuprit ini.

Layang-layang ala Arab Saudi mengudara
di atas Masjid Al Rahma

Selanjutnya, kami dibawa menuju ke Al-Balad atau semacam city center dari Old Jeddah. Tujuan kami disini adalah mengenyangkan para jemaah wanita yang haus akan wisata belanja. Ya, Al-Balad merupakan salah satu jujugan wajib jemaah asal Indonesia untuk berbelanja, terutama di Corniche Commercial Center-nya.

Corniche Commercial Center

Sesuai namanya, Corniche Commercial Center tak pernah sepi akan aktivitas jual beli. Kami sendiri awalnya sempat kebingungan hendak mencari apa gara-gara saking banyaknya penjual yang ada disana - mau yang ala pasar tumpah, mall, hingga toko pun ada.

Area mall

Area pasar tumpah

Harganya lebih miring yang di sepanjang jalan,
bisa ditawar pula. :D

Sebagai orang dari Indonesia, jangan kaget apabila saat lewat tiba-tiba disapa dan dirayu sedemikan rupa oleh para penjual dengan memakai Bahasa Indonesia. Iya, ketahuan banget kalau jemaah asal Indonesia sering foya-foya disini.

Beberapa toko dengan embel-embel kata "MURAH" juga terlihat menggoda mata para jemaah Indonesia. Walau kalau menurut saya, harga di toko-toko itu justru lebih mahal dibandingkan dengan para penjual yang menggelar dagangan mereka di emperan atau jalanan. Sakau dengan makanan Indonesia? Jangan khawatir, banyak pula gerai makanan ala Indonesia di area ini. I don't guarantee the taste and price, though.

Another Random Captures Around Jeddah


Taman di Jeddah digunakan sebagai family outing area.
Banyak sekali yang memanfaatkannya untuk berkumpul
bersama keluarga, bahkan sambil BBQ-an.

Tetap berjualan selama memasuki waktu sholat adalah salah
satu pelanggaran serius bagi para pedagang di Arab Saudi,
termasuk di Jeddah. Selama memasuki waktu sholat,
semua toko pun tutup karena para penjualnya tengah
menjalankan ibadah. Kalau ketahuan masih berjualan,
mereka akan ditangkap oleh polisi syariah
dan hukuman berat bakal menanti.

SPBU di Jeddah. Katanya, harga bensin
tengah naik saat kami kesana.

Salah satu yang saya suka di Jeddah adalah
trotoarnya yang luas, rapi dan bersih.

Residential area di Jeddah




***

Selama menunggu boarding, saya tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Allah dari lubuk yang paling dalam. Pengalaman pertama yang terasa bagai sebuah keajaiban di ujung segala kekhawatiran yang selama ini saya rasakan. Yeah, miracle does happen, as long as we believe it, as long as we fight for it.

So long Jeddah! Saya harap saya bisa kembali lagi untuk berhaji, dan saya harap saya bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalani ibadah umrah ini.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Untuk
menutupi kebotakan, maka saya memakai sorban. :p


Salam Kupu-Kupu dan mari menjadi pejalan yang bertanggungjawab. ^^d

No comments:

Post a Comment