Thursday, January 1, 2015

Dimanjakan Senja Di Waduk Gajah Mungkur



Pukul lima sore mobil keluarga kami membelah jalanan di Kabupaten Wonogiri. Papa saya menyetir dengan lebih cepat mengingat hari sudah mendekati petang. Tujuan kami kali ini adalah menuju Waduk Gajah Mungkur, waduk terbesar di Jawa Tengah. Sejujurnya, kami nyaris saja membatalkan rencana mengunjungi tempat tersebut dikarenakan urusan kedua orang tua saya yang menyita banyak waktu seharian tadi. Akan tetapi mengingat kami sudah sampai sejauh itu, akhirnya kami semua nekat mengunjungi Waduk Gajah Mungkur dengan waktu yang begitu terbatas.

Sesampainya di lokasi, kami dibingungkan dengan ketiadaan petugas tiket di loket masuk. Sudah tutup rupanya. Namun, melihat masih ada banyak pengunjung lain di area waduk maka kami langsung saja ikut-ikutan masuk kesana. Seorang petugas parkir mengarahkan papa saya untuk memarkirkan kendaraan kami di lapangan terbuka. Lapangan itu sekaligus berfungsi sebagai arena permainan outdoor seperti ATV. Tanpa menunggu lama, kami semua pun bergegas turun dan menikmati keindahan senja yang ditawarkan oleh Waduk Gajah Mungkur.

"Naik perahu keliling waduk, mas? Satu perahu Rp 70.000,00 saja. Bisa buat satu keluarga. Nanti lihat karamba juga", kata bapak petugas perahu yang datang menghampiri kami. Saya hanya tersenyum membalas tawarannya. Bagaimanapun, kalau pergi dengan keluarga seperti ini keputusan ada di kedua tangan orang tua saya. Awalnya Mama saya hendak meng-iya-kan tawaran si bapak, namun mendadak Papa dan Om telah menghilang dari sekitar kami. "Mereka ke toilet", celoteh adik seolah menangkap gurat kebingungan di muka saya.

Adik-Mama-Papa-Om. Tolong, abaikan ekspresi wajah
papa saya. Papa saya selalu pose aneh-aneh kalau difoto. -_-

Sembari menunggu mereka berdua kembali, Mama, saya, kakak dan adik memutuskan berkeliling pinggiran waduk terlebih dahulu. Sepanjang pinggiran waduk mayoritas telah dijajah oleh para pedagang. Ada yang berjualan ikan, cinderamata hingga kuliner. Kami harus berjalan di antara lapak para pedagang agar bisa melihat keindahan waduk seluas 9.700 hektar ini.

Setelah berjalan menembus barisan pedagang, kakak
saya menemukan spot ini.

Sedangkan saya bersama dua kembaran:
batu!

Banyak perahu atau kapal kecil yang tertambat di pinggir waduk. Kebanyakan pengunjung sepertinya sudah enggan menaiki perahu di kala hari mulai beranjak senja seperti sekarang. Meskipun demikian, dua sampai tiga buah perahu tetap melaju membelah waduk dan membawa rombongan pengunjung yang hendak melihat-lihat.

Deretan kapal yang merapat

Waduk Gajah Mungkur ini beneran luas sekali. Sepanjang mata memandang hanya genangan air tampak di depan mata, dan dikelilingi bukit-bukit hijau. Cantik. Saya sampai sedikit tidak percaya kalau waduk tersebut diciptakan oleh manusia. Agak jauh, tepat pada bagian kanan waduk terlihat rumah-rumah apung sekaligus karamba milik nelayan lokal. Berbagai macam ikan air tawar diternakkan disana.

Bagi saya pribadi, Waduk Gajah Mungkur merupakan salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam sepanjang petualangan saya selama ini. Berbagai warna senja saya dapatkan selama berada disitu: mulai dari yang berwarna kuning-putih, dan ditutup dengan senja berwarna-warni. Keren sekali! Tempat favorit saya melihat senja dari area waduk adalah di atas dermaga besar yang tidak digunakan untuk menambatkan kapal. Warna senjanya membuat saya betah berlama-lama sampai lupa kalau hari sudah semakin gelap saja.

Diawali dengan senja seperti ini

Senja dari atas area lapangan juga cantik

Dermaga favorit!

Senja dari dermaga

Walaupun pada akhirnya kami sekeluarga batal menaiki perahu berkeliling waduk, tapi saya pribadi sudah puas menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur khususnya ketika matahari mulai terbenam. Saya bagaikan dimanjakan senja! Seusai menunaikan Sholat Maghrib disana, kami pun pulang.

Bahkan komedi putar sudah berhenti

Oh tunggu, kurang afdol rasanya berkunjung ke Waduk Gajah Mungkur tanpa mampir di warung-warung ikan bakarnya. Warung ikan bakar ini jamak dijumpai sepanjang jalan menuju ke Waduk Gajah Mungkur. Dalam perjalanan pulang kami sempat mampir ke salah satu warung yang belakangnya langsung air waduk. Duh, ikan bakarnya juara! Mencari oleh-oleh? Beli saja berbagai macam ikan atau udang yang digoreng dengan kering dan diberi sedikit tepung. Penjual ikan atau udang goreng tepung ini juga banyak dijumpai di sepanjang jalan menuju waduk. Biasanya mereka menempati lapak-lapak dengan tumpukan ikan atau udang goreng tertata rapi di atas meja. Yumm!

Ikan bakar. Harga tergantung jenis ikan, mulai
dari Rp 50.000,00-70.000,00 per kilo.

Botok ikan. Saya endak begitu suka tapi~

Ikan dan Udang yang digoreng tepung,
crunchy abis!


Salam Kupu-Kupu dan Selamat Tahun Baru 2015! :)
   

No comments:

Post a Comment